Memaknai 1 Syawal
1 Syawal telah tiba dan mestinya kita tidak serta merta gembira, karena di saat yang sama kita harus berpisah dengan Ramadhan. Setelah sebulan penuh kita menjalankan ibadah puasa, diharapkan sebagai orang yang beriman kita meraih derajat taqwa. Dengan datangnya bulan Syawal, maka makna itu amatlah terasa, yaitu agar terjadi peningkatan kualitas hidup dibulan berikutnya.
Berpisah dengan Ramadhan adalah perpisahan dengan suasana ruhani yang sangat kental dan menguatkan iman. Itulah yang membuat airmata harus menetes. Menetes bukan karena kesedihan murahan, yang datang dari sentuhan emosional belaka. Melainkan menetes kerena kesedihan yang memancar dari gelora iman. Menetes karena takut bila setelah Ramadhan suasana keimanan itu melemah kembali tergerogoti dosa-dosa. Takut kalau lidah kita ini berat kembali bertasbih dan membaca Al Qur’an. Takut kalau malam-malam kita kembali diwarnai tawa dan hiburan yang melalaikan. Takut kalau hati ini kembali keras dan sulit menerima sentuhan ayat-ayat Al Qur’an. Karena itu kita berdoa, semoga kita bisa bertemu lagi dengan Ramadhan di tahun yang akan datang.
Hari Raya Idul Fitri adalah hari kegembiraan bagi umat islam. Gembira karena telah berhasil melepaskan dosa-dosa selama Ramadhan. Gembira karena telah menang terhadap setan dan hawa nafsu. Karena itu kegembiraan ini jangan disambut dengan gelora nafsu belaka. Ingat bahwa setan seringkali masuk melalui nafsu makan. Karena itu, bila nafsu makan dibuka, setan selalu menang menguasai manusia. Oleh sebab itu, begitu Ramadhan pergi, pemandangan durjana seringkali begitu mudah bermunculan. Allah Subhanahu Wata'ala dalam surah An Nashr mengingatkan, bahwa kemenangan tidak pantas disambut dengan tawa dan nafsu.
1 Syawal bukan hari pembebasan sebebas-bebasnya, melainkan hari pertama kita mulai terjun ke medan pertarungan melawan hawa nafsu dan setan. Seteleh sebulan penuh kita berbekal iman dan kekuatan ruhani. Karena itu kita harus menang. Kita harus kendalikan nafsu itu ke arah yang positif, bukan malah dikendalikan nafsu ke arah yang buruk. Kita harus bergegas dalam kebaikan-kebaikan seperti kita dalam suasana Ramadhan. Bila kita kalah berarti perbekalan kita selama Ramadhan tidak maksimal. Tidak sungguh – sungguh. Tidak sedikit dari saudara-saudara kita seiman, yang langsung TKO justru pada tanggal 1 Syawal. Artinya, begitu mereka masuk bulan Syawal seketika itu mereka terperosok dalam gelimang dosa.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian disusul dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka puasanya itu bagaikan puasa sepanjang tahun" (Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya) Mengapa harus puasa Syawal ? Ini suatau isyarat bahwa kita harus terus mempertahnkan diri seperti dalam suasana Ramadhan. Suasana di mana kita tetap dekat kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Sebab seorang yang menahan nafsunya, tidak akan didekati setan. Bila setan menjauh maka malaikat mendekatinya. Bila malaikat mendekatinya otomatis ia akan semakin dekat kepada Allah. Ingat bahwa seorang yang dekat kepada Allah, ia akan mendapat keutamaan yang luar biasa: tidak saja doa-nya mustajab, melainkan lebih dari itu ia akan dijauhkan dari rasa sedih dan galau. Allah befirman: “alaa inna awliyaa Allahi laa khawfun ‘alaihim walaa hum yahazanuun (ketahuilah bahwa orang-orang yang dekat kepada Allah mereka tidak akan mendapatkan rasa takut atau kekhawatiran dan tidak akan pernah dirundung kesedihan).”
Ketika memasuki bulan Syawal, ada harapan agar terjadi peningkatan kualitas, ialah kualitas ketaqwaan bagi mereka yang berpuasa. Jika hal itu ingin dilihat secara nyata, maka akhlak orang-orang yang telah berpuasa menjadi meningkat, tempat-tempat ibadah semakin semarak karena jamaƔhnya juga meningkat, orang-orang yang berkesusahan menjadi bisa tersenyum, lantaran persoalan mereka terselesaikan oleh karena munculnya banyak orang yang semakin sadar membayar infaq. Sehingga, memasuki Bulan Syawal kehidupan menjadi semakin lebih baik dan damai, karena dihiasi oleh akhlaq yang mulia, kedekatan dengan Allah, dan juga dengan sesama makhluk. Akhirnya Bulan Syawal menjadi bulan yang sangat indah.
Menjelang hari raya tiba, biasanya juga terjadi semakin padatnya pengunjung pasar-pasar, mall, dan tempat perbelanjaan lainnya. Banyak orang mempersiapkan hari raya dengan cara berbelanja lebih banyak dari bulan atau hari biasa. Fenomena seperti itu menjadikan para pengusaha, pabrik-pabrik, transportasi dan apa saja, pedagang dan lain-lain mendapatkan peningkatan keuntungan. Pertanyaannya adalah siapakah para pengusaha dan pedagang besar itu, apakah selalu dari orang-orang yang juga ikut berpuasa. Jawabnya, tentu tidak mesti demikian.
Orang-orang yang tidak berpuasa pun, karena jeli membaca peluang pasar, maka secara ekonomis merekalah yang teruntungkan. Sebaliknya, banyak orang yang berpuasa, karena tidak melihat keuntungan yang bersifat material ini, justru setelah usai bulan ramadhan, maka secara ekonomis jangankan meningkat, sebaliknya justru mengalami defisit. Mereka yang mengalami peningkatan secara ekonomis itu, adalah orang-orang yang pandai membaca peluang bisnis, sekalipun mereka belum tentu berpuasa.
Berpuasa bukan untuk meningkatkan aspek ekonomi atau kekayaan. Puasa adalah untuk meningkatkan ketaqwaan. Akan tetapi jika ternyata, setelah memasuki bulan Syawal masjid menjadi sepi kembali, rasa syukur, sabar, ikhlas, dan istiqomah tidak juga meningkat, maka boleh saja dikatakan, bahwa puasa tidak mendapatkan apa-apa. Secara ekonomis tidak meningkat, sedangkan spiritual pun juga tidak bertambah. Sehingga kata syawal hanya sebatas nama bulan itu, dan belum memberikan makna apa-apa, termasuk bagi yang berpuasa. Semogalah kita semua, tidak tergolong sebagai orang yang tidak mendapatkan apa-apa itu. Seharusnya jika mungkin, sebagai kaum muslimin, di Bulan Syawal ini, berhasil mendapatkan dua-duanya, yaitu keuntungan ekonomi, maupun juga derajat taqwa.
Akhirul kata, dibulan Syawal ini marilah kita sama-sama membuka hati, buang jauh segala penyakit hasad dan dengki dihati, bersihkan jiwa kita dari berbagai beban penyakit, sayangi diri kita dengan meningkatkan iman bukan dengan memanjakan diri dalam dosa-dosa. Mari kira saling mema'afkan seraya berdo'a semoga Allah menerima amal-amal baik kita, dan semoga dalam semua hari-hari sepanjang tahun kita selalu dalam kebaikan, Amin ya robbal Alamiiin.
Wallahu a’lam bishshowab.
0 Response to "Memaknai 1 Syawal "
Posting Komentar